TNI-ku Antara Kapolri-Jakarta dan DenHaag

Milad TNI “Indonesian Army” ke-65 tanggal 5 oktober 2010.

Berbicara soal TNI tentunya tak lepas dari sosok Jenderal Besar Soedirman, Salah seorang putra muslim terbaik bangsa yang telah menanamkan benih organisasi kententaraan yang modern di negara ini dengan dibentuknya  Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang kemudian mengalami beberapa kali pergantian nama menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dengan dikeluarkannya Dekrit Presiden tanggal 5 Oktober 1945. kemudian berganti menjadi Tentara Keselamatan Rakyat, Tentara Republik Indonesia (TRI) yang merupakan cikal bakal terbentuknya ABRI pada era pemerintahan mantan presiden RI ke-2 Jenderal Soeharto. ABRI “armed forces of the Republic of Indonesia” memang sangat kental dengan Pak Harto, ibaratnya 2 keping mata uang yang saling membutuhkan.

Secara historis terbentuknya BKR berasal dari kesatuan-kesatuan militer para pemuda Indonesia yang sebelumnya telah mendapat pendidikan militer sebagai tentara Heiho, Pembela Tanah Air (PETA), dan KNIL. Peranan Kesatuan PETA (Sukarela Tentara Pembela Tanah Air “ky?do b?ei giyûgun“) bentukan jepang pada tanggal 3 oktober 1943 sangatlah penting, Sehingga pada awal kemerdekaan 22 Agustus 1945 , Supriadi pemimpin Pasukan Peta di Blitar hendak dijadikan pimpinan tertinggi BKR namun karena tidak diketahui rimbanya, maka hal tersebut tidak memungkinkan untuk dilanjutkan.

Mengingat sejarah panjang TNI rasanya kita perlu dan wajib mengapresiate dan napak tilas perjuangan para leluhur bangsa ini yang telah berjihad melawan imperialisme eropa dan jepang.

Jika terdapat hal-hal yang kurang berkenan yang dilakukan oleh generasi penerus marilah sama-sama kita koreksi dan tidak perlu berlebihan menghujat, membuka aib atau berprasangka buruk. Sesungguhnya ketiga hal tersebut sangat tidak mencerminkan seorang muslim, bukan! Dirgahayu TNI 5 Oktober 2010

TNI dan Kapolri

Keduanya memang sudah tidak satu makhtab lagi, sejak dikeluarkannya Ketetapan MPR nomor VI/MPR/2000 tentang pemisahan TNI dan POLRI serta Ketetapan MPR nomor VII/MPR/2000 tentang Peran TNI dan peran POLRI maka pada tanggal 30 September 2004 telah disahkan RUU TNI oleh DPR RI yang selanjutnya ditanda tangani oleh Presiden Megawati pada tanggal 19 Oktober 2004.

Tetapi tetap saja dalam pemberitaan keduanya selalu dikaitkan, topik hangat minggu ini tidak lain dan tidak bukan adalah santernya pemberitaan pergantian Kapolri dan Panglima TNI. Keduanya mendapat porsi yang cukup signifikan dalam pemberitaan terutama pergantian Kepala POLRI.  Ya … bagi saya wajarlah karena POLRI memang tulang punggung keamanan internal negara ini, ibaratnya negara ini milik POLRI ha..ha..ha.  coba sebukan kasus apa sih yang tidak melibatkan POLRI ?!? Makanya menjadi Kabareskrim POLRI merupakan suatu prestise  karena salah dan tidaknya seseorang berada ditangan Reskrim. Jika benar-benar tidak memegang amanah ya neraka taruhannya.

Saya berharap semoga siapapun yang terpilih nanti tidak jauh – jauh dari ejaan/vocab “O” ( red. Sutant”O”, Hendarso”O”) , eh maksud saya siapapun yang menjadi Kapolri bisa memegang amanah dengan bijak.

TNI-Jakarta-DenHaag

Nah yang ini satu lagi yang bikin saya emosi, betapa tidak Pengadilan HAM internasional akan mengadili SBY jika berkunjung ke Belanda atas masukan RMS.

Saya hanya ingin bilang, BELANDA itu siapa sih doeloe ?

Belanda yang menjajah Indonesia 350 tahun lamanya, berjuta rakyat Indonesia gugur dan sengsara selama imperialisme mereka.

Sekarang pengadilan HAM itu berada di DenHaag -negeri Wilhelmina (dan ternyata bukan pengadilan internasional  seperti yang diberitakan melainkan hanya pengadilan lokal yang ada di Den Haag) yang akan membuka pengadilan atas  laporan RMS  dan segelintir masyarakat belanda terkait pelanggaran HAM di Maluku untuk mengadili simbol seorang pemimpin sebuah bangsa yang rakyatnya telah sengsara ratusan tahun dan gugur berjuta orang yang diperas tenaga dan keringatnya  untuk memperkaya GULDEN bangsa belanda.

Mmmm…SUNGGUH IRONIS. Hai … PBB. wahai penganut demokrasi. Wahai Penganut HAM. Kemanakah Muka kalian. Sungguh tidak punya MALU.

Wahai ratu belanda wahai PM Belanda wahai rakyat Belanda kemanakah wajahmu dipalingkan peristiwa ini adalah bukti anda wahai pemerintah kerjaan Belanda dan rakyat Belanda tidak pernah sedikitpun merasa bersalah terhadap apa yang telah anda lakukan kepada rakyat Indonesia selama 350 tahun yang lalu,  jika memang  benar annda menghormati simbol kepala negara kami tidak selayaknya anda mengijinkan pengadilan tersebut diselenggarakan, dan sudah semestinya anda melakukan intervensi … toch anda bukan negara republik toch anda juga bukan negara demokratis .. anda adalah negara Monarki , jadi sangat sulit dipercaya anda tidak bisa mengintervensi pengadilan lokal negara kerajaan anda. Rupanya sifat adu domba dan sulit dipercaya masih melekat di kerajaan Holland, seperti yang telah anda lakukan pada agresi militer anda setelah pernyataan kemerdekaan bangsa kami.

Kami juga tidak butuh pengakuan anda terhadap kemerdekaan kami 1945 yang anda yakini tahun 1949… anda mau mengakui atau tidak kami tidak perduli. .. sungguh kami tak perduli. anda bukan siapa2 dan bukan apa-apa bagi kami. yang jelas kami bahagia telah memproklamirkan kemerdekaan kami.

Wahai Belanda…Makanlah DEMOKRASI mu, makanlah HAM mu…

Dirgahayu TNI ke-65 semoga tetap jaya di darat, laut dan udara.

Saya Bangga Kepadamu dan Generasi Penerusmu

2 thoughts on “TNI-ku Antara Kapolri-Jakarta dan DenHaag

  1. itu toh masalahnya yang membuat presiden tidak berkunjung ke belanda?……kalau itu bisa kita selesaikan secara adat…..perang lagi….tumpas aja RMS….

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *