Konsumen yang Rasional dan Emosional

Tema ini menarik saya angkat karena tergelitik perilaku konsumtif masyarakat kita di 3 tahunan belakangan ini.
Coba anda flasback ke belakang saat launching salahsatu ponsel canggih keluaran canada “blackberry” dengan diskon hingga setengah harga, ngantre nya minta ampun, sampai-sampai banyak yang pingsan. Sudah tidak rasional perilaku bangsa kita ini. Mengandalkan gengsi dan pamer. padahal anda tahu sebagian besar blackberry dipergunakan hanya untuk memfoto moment kemudian mereka upload ke facebook. dan jreng diketahui banyak orang. Apakah itu bukan pamer namanya? kalo sesekali sih gak masalah lah memanfaatkan teknologi dan menjalin silaturahmi. Anda bisa membedakan kok mana foto pamer dan mana foto yang berbau jurnalistik atau info sekadarnya.

Perlu anda ketahui sebagian pengguna blackberry tidak pernah menelpon menggunakan ponselnya melainkan ponsel lain, secara otomatis yang punya BB pasti punya dua ponsel. Soalnya kalo menggunakan ponsel BB biaya telponnya bengkak toh. begitupun sebaliknya bermain internet menggunakan pulsa yang biasa dia nelpon bisa sangat bengkak menguras pulsa. Toh dengan hanya membayar pulsa internet yang disediakan provider khusus BB hanya mengeluarkan budget lebih kurang 50.000/100.000 itupun sudah unlimited sebulan.

Sebagai seorang pemerhati ekonomi tentu saja saya prihatin dengan keadaan ini, disamping memang penjualan BB itu sendiri menyebabkan terangkutnya uang kita ke luar negeri (impor meningkat) dampaknya bisa menyebabkan inflasi loch.

Nah Perlaku konsumtif seperti ini dilakukan oleh konsumen yang emosional. Berdasarkan penelitian kaum hawa lebih berperilaku emosional ketimbang pria yang lebih rasional.
Salah satu contoh lagi ketika membeli sebuah tas yang harganya 1 juta ke atas, hanya untuk sebuah tas berukuran 50cmx50cm, sungguh tidak rasional bukan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *