Kaitan antara Ruh, Jiwa dan Misi Hidup | Kitab Sirr Al Asrar

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarokatuh 

Bismillah Ar-Rahman Ar-Rahiim

Saudaraku…” Dalam Kitab Sir Al Asrar bab dua, Syaikh Abdul Qadir Jailani menjelaskan kaitan antara Ruh, Jiwa dan Misi Hidup.

Syaikh Abdul Qadir Jailani menulis bahwa yg pertama yg diciptakan adalah Ruh dari sisi Allah Ta’ala. Lalu Ruh itu nanti “diturunkan” ke jiwa, lalu akhirnya “diturunkan” ke jasad. Gabungan antara Ruh, Jiwa dan Jasad dalam Al Quran disebut sebagai “Insan“. Proses penciptaan dan penurunan ini, yg menurut Syaikh Abdul Qadir Jailani dipahami dr maksud ayat:

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan INSAN dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami turunkan ia ke tempat yang serendah-rendahnya (asfala safilin)” [QS 94:4-5]

Pemahaman ini nantinya erat kaitannya dengan kaidah Martabat Tujuh yg terkenal di penerus mahzab Ibn Arabi –salah satunya adalah Al Jilli penulis kitab Insan Kamil, Al Jilli sendiri adalah pengikut thariqah Qadariyah yg dipelopori Syaikh Abdul Qadir Jailani sendiri

Awalnya Ruh diturunkan melewati alam Nur atau Haqiqah Muhammadiyah yg didalamnya terkumpulnya Asmaul Husna, atau yg biasanya disebut Martabat Wahdaniyah dalam Martabat Tujuh.

Setelah Martabat Wahdaniyah, “turun” kebawah ada martabat Wahidah dalam konsep Martabat tujuh, dimana di dalamnya ada Alam Nafs Al Kull (Jiwa Keseluruhan, atau Nafs Wahidah yg tertulis dalm QS 4:1) dan juga Alam ‘Aql Al Kull (‘Aql Awwal Keseluruhan) yg berada bersamaan dengan Alam Nafs Al Kull tsb.

Lalu Ruh turun melewati alam malakut, disitu –menurut Syaikh Abdul Qadir Jailani– Ruh di berikan “pakaian-pakaian” atau perangkat-perangkatnya yg terbuat dari Nur (cahaya ilahiyah), jadilah nafs (jiwa), yg di dalamnya ada Ruh. Disinilah Ruh kemudian menjadi Nafs (Jiwa) Sulthan, dan kemudian Jiwa Aktif untuk dihidupan (oleh Ruh) ke dalam alam jasad berikutnya

Kemudian jiwa –beserta Ar Ruh di dalamnya– dimasukkan ke dalam jasad di alam mulk (alam korporeal, alam materi). Syaikh Abdul Qadir Jailani menuliskan bahwa jasad adalah rumah bagi jiwa, seperti sarung keris bagi kerisnya. Beliau jg melanjutkan bahwa setiap jiwa punya nama panggilan yg berbeda-beda, alias ada yg disebut sebagai “nama-jiwa”.

"Kitab Sirr Al Asrar"
Syaikh Abdul Qadir Jailani juga menuliskan, di dalam Ruh asalnya sudah terdapat benih, yg harus ditumbuhkan menjadi pohon takwa, atau “syajaratun thayyibah” dalam Al Qur’an.

Di dalam benih tentu ada bakal akar, bakal pohon, bakal bakal daun dan bakal buah yg semuanya menyatu di dalam benih, oleh karena itu Syaikh Abdul Qadir Jailani menamakan benih ini sebagai benih tauhid (tauhid juga berarti menyepadu). Benih ini harus ditumbuhkan menjadi “syajaratun thayybah” dalam perjalanan suluk: ada akarnya, ada batangnya, ada daunnya, dan tentu ada buahnya.

“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya” [QS 14:24-25]

Syaikh Abdul Qadir Jailani jg menuliskan bahwa tempat ruh didalam jiwa ini terletak di dalam inti Qalb. Disanalah Allah menciptakan sebuah ruang yg dalam QS 24:35 disebut sebagai Zaujajah,

Imam Hakim Tirmidzi mengatakan bahwa yg dimaksud Zaujajah ini adalah bola kaca Qalb yg bening. Di dalam ruang Zaujajah inilah, Syaikh Abdul Qadir Jailani menuliskan akan adanya Sirr (arti literalnya: rahasia) yg didalamnya terdapat Ruh, yang menjadi poros hubungan langsung antara Allah dan hamba-Nya, aktifnya Ruh di dalam Sirr-nya Qalb ini yg dalam Quran nanti disebut Ruh Al Quds.

“…mereka itulah yang telah dituliskan (kataba) dalam Qalbnya Al Iman dan mereka dikuatkan dengan Ruh dari Sisi-Nya (Ruhul Quds).” [QS 58 : 22]

Lebih lanjut Syaikh Abdul Qadir AL Jailani menyebutkan bahwa Ruh dalam Sirr-nya Qalb ini nanti akan menyampaikan tugas dan urusan yg berbeda-beda antar tiap orang. Setiap orang harus mengetahui tugas dan tujuan penciptaannya di alam ini.

Inilah yg dimaksud sebagai “misi hidup” khusus dan unik tiap orang. Dalam menjalankan amal-amal shalih yg tertuang dalam “misi hidup” ini, Syaikh Abdul Qadir Jailani mengumpamakannya seperti berjual beli yg tiada merugi dengan Allah Ta’ala (QS 35:29). Dimana mengenai ketetapan amal-amal shalih dalam “misi hidup” itu, Syaikh Abdul Qadir Jailani mengutip ayat:

“Dan tiap-tiap manusia itu telah Kami tetapkan amal perbuatannyta seperti (tetapnya) kalung pada lehernya.” (QS 17:31).[]

Pada paparan diatas telah disinggung soal martabat 7, berikut urutan martabat 7 tsb:

1. Ahadiyah (Alamnya Dzat Allah Ta’ala yg Ghaibul Ghaib Mutlaq)

2. Wahdaniyah (Nur Muhammadiyah, istilah Wahdatul Wujud diambil dr kata “Wahdah” ini, di dalamnya termanifestasi sempura/tajalli asma-asma Allah atau asmaul Husna. Dari Nur Muhammadiyah inilah embrio seluruh alam semesta –baik lahir maupun bathin– tercipta.)

3. Wahidiyah (diambil dr istilah Nafs Wahidah yg tertulis dalam QS 4:1, para sufi menyebutnya sebagai Nafs Al Kull atau Jiwa Univesal, setiap nafs manusia diambil ‘sebagian’ dari bagian tertentu dari Nafs Al Kull ini)

Dari Martabat 1-3 sifatnya Qadim

4. Alam Jabarut (Alam ar-Ruh Insan)

5. Alam Malakut (Alamnya nafs Insan)

6. Alam Mulk (Alam Jasadnya Insan)

Dari Martabat 4-6 sifatnya muhdats (terbarukan atau terciptakan dalam waktu)

Gabungan 4-6 yg sempurna dalam diri manusia menghasilkan martabat selanjutnya:

7. Insan Kamil (Yang secara totalitas sudah sempurna ketaatan ubudiyah Jasadnya atas Syariat Lahir di Alam Mulk, sempurna Nafsnya di ALam Malakut, dan sudah terbimbing sempurna secara langsung oleh Ruh Al Quds dari Alam Jabarut. Insan Kamil inilah yg disebut Khalifah fil Ardh sejatinya)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *